2.1
Tokoh
Teori perkembangan karir (development
career choice theory) Ginzberg merupakan hasil kerjasama suatu tim yang
mempelajari tentang pengaruh perkembangan terhadap pemilihan karir. Kelompok
ini terdiri dari Eli Ginzberg yang
seorang ahli ekonomi, S. Ginzburg
yang seorang psikiater, S. Axelrad
yang seorang sosiolog, dan J. Herma
yang merupakan seorang psikolog.
2.2
Konsep
Munandir (1996: 92) menjelaskan
bahwa Teori Ginzberg dikembangkan pada tahun 1951 berdasarkan hasil studi
melalui pengamatan dan wawancara dengan sampel yang terdiri atas jenis
laki-laki, dari keluarga yang pendapatnya di atas rerata, banyak dari ayahnya
adalah tenaga professional dan ibunya berpendidikan tinggi. Sampel yang
digunakan masih belum bisa mewakili dari mereka yang berjenis kelamin perempuan
pada umumnya dan dari kalangan yang penghasilannya rendah.
Teori Ginzberg mempunyai tiga unsur,
yaitu proses (bahwa pilihan pekerjaan
itu suatu proses), irreversibilitas
(bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa dirubah atau dibalik), dan kompromi (bahwa pilihan pekerjaan itu
kompromi antara faktor-faktor yang bermain, yaitu minat, kemampuan, dan nilai).
Teori ini kemudian, pada tahun 1970, direvisi. Proses yang semula berakhir pada
awal masa dewasa atau akhir masa remaja, kemudian dirumuskan bahwa tidak
demikian halnya tetapi berlangsung terus. Mengenai irreversibilitas, adanya
pembatasan pilihan tidak mesti berarti bahwa pilihan itu bersifat menentukan.
Apa yang terjadi sebelum orang berumur dua puluh tahun mempengaruhi kariernya.
Tersedianya kesempatan bisa saja menyebabkan orang berubah dalam pilihan
pekerjaannya.
Konsep kompromi juga mengalami
revisi sebagai hasil temuan-temuan risetnya. Konsep dasar tentang kompromi
tetap, yaitu bahwa dalam pemilhan pekerjaan ada unsur kompromi. Hanya saja, hal
itu bukan peristiwa sekali saja. Konsep optimisasi
yang merupakan penyempurnaan teorinya berarti bahwa setiap orang berusaha
mencari kecocokan paling baik antara minatnya yang terus mengalami perubahan,
tujuan-tujuannya, dan keadaan yang juga terus berubah. Kompromi bersifat
dinamis dan berlangsung seumur hidup .
Menurut Ginzberg, Ginzburg, Axelrad
dan Herma dalam Munandir (1996: 90-91), perkembangan dalam proses pilihan
pekerjaan mencakup tiga tahapan yang utama, yaitu fantasi, tentatif dan realistik.
1.
Masa Fantasi
Masa yang mencakup usia sampai
kira-kira sepuluh atau dua belas tahun. Ciri utama dari masa ini adalah dalam
memilih pekerjaan anak bersifat sembarangan, artinya asal pilih saja.
Pilihannya tidak didasarkan pada pertimbangan yang masak mengenai kenyataan
yang ada, tetapi pada kesan atau khayalan belaka. Seperti, anak yang berumur
lima tahun ingin menjadi tentara karena kegagahannya atau menjadi dokter karena
dokter umumnya bermobil mewah dan penghasilannya besar. Anak seperti percaya
bahwa ia bisa menjadi apa saja dan ini berdasarkan kesan yang diperolehnya
mengenai orang0orang yang bekerja atau keadaan lingkungan kerjanya.
2.
Masa Tentatif
Dalam masa tentatif pilihan karier orang juga mengalami perkembangan.
Mula-mula pertimbangan karier itu hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan
minat, sedangkan faktor-faktor lain tidak dipertimbangkan. Anak mulai
menanyakan kepada diri sendiri apakah dia memiliki kemampuan (kapasitas)
melakukan suatu pekerjaan, dan apakah kapasitas itu cocok dengan minatnya.
Sewaktu anak bertambah besar, anak menyadari bahwa di dalam pekerjaan yang
dilakukan orang ada kandungan nilai, yaitu nilai pribadi dan atau nilai
kemasyarakatan bahwa kegiatan yang satu lebih mempunyai nilai dari padanya
lainnya.
Dalam masa tentatif, terdapat istilah
masa transisi yaitu masa peralihan
sebelum orang memasuki masa realistik. Dalam masa ini anak memadukan
orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya, yaitu masa orientasi
minat, orientasi kapasitas dan orientasi nilai.
3.
Tahap Realistik
a.
Masa Eksplorasi
Anak mulai melakukan eksplorasi
dengan memberikan penilaian atas pengalaman-pengalaman kerjanya dalam kaitan
dengan tuntutan sebenarnya, sebagai syarat untuk bisa memasuki lapangan
pekerjaan atau untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
b.
Tahap Kristalisasi
Dalam kegiatan-kegiatan selama tahap
eksplorasi, anak mungkin mencapai keberhasilan tetapi mungkin juga kegagalan.
Pengalaman-pengalaman berhasil dan gagal ini ikut membentuk pola. Inilah tahap kristalisasi, ketika anak mengambil keputusan
pokok dengan mengawinkan faktor-faktor yang ada, baik dari dalam diri
(internal) maupun yang dari luar diri (eksternal).
c. Tahap Spesifikasi
Saat tahap ini anak memilih
pekerjaan spesifik, maksudnya pekerjaan tertentu yang khusus. Misalnya, jika
anak memilih pekerjaan bidang pendidikan, ia akan mengkhususkan pilihannya itu
pada pekerjaan guru dan bukan pekerjaan lain di bidang pendidikan. Di bidang
keguruan, ia akan lebih khusus memilih guru dalam bidang studi apa.
Menurut Winkel (2004:
628-629), dengan melewati rangkaian dan tahap itu orang muda secara
berangsur-angsur membuat banyak pilihan, dari yang masih sementara sampai yang
definitif. Mula-mula kelompok Ginzberg berpendapat bahwa sekuensi segala
pilihan itu tidak dapat diulang kembali, dalam arti orang muda yang sudah
sampai fase lebih tinggi tidak dapat kembali ke suatu fase di bawahnya untuk
meninjau kembali pilihan yang dibuat pada fase lebih bawah itu (irreversible).
Namun, pendapat itu kemudian ditinggalkan, hanyalah ditekankan bahwa
pilihan-pilihan yang dibuat pada awal proses perkembangan vokasional sangat
berpengaruh terhadap urutan pilihan selanjutnya, tanpa menyangkal lagi
kemungkinan bahwa suatu keputusan yang diambil dahulu masih dapat ditinjau
kembali. Demikian pula implikasi bahwa perkembangan jabatan seseorang berhenti
sesudah dia mengambil kepastian tentang jabatannya pada tahap penentuan, pada
waktu kemudian disangkal diakui pula bahwa orang dewasa malah harus membuat
beberapa pilihan di antara berbagai kemungkinan untuk meningkatkan kariernya
dan memperoleh kepuasan pribadi yang lebih mendalam.
Meskipun data
hasil penelitian lebih lanjut terhadap validitas teori ini tidak seluruhnya
mendukung pembagian atas rangkaian fase dan tahap menurut pembagian tentang
umur tetentu, seperti tergambarkan oleh sekelompok Ginzberg pandangan ini
mempunyain relevansi bagi pendidikan karier dan bimbingan karier. Suatu pilihan
karier yang pasti merupakan puncak dari segala pilihan sisipan/intermedier yang
diambil selama tahun-tahun sebelumnya. Maka konselor di sekolah menengah harus
memperhatikan apakah siswa-siswi yang dilayani tidak terlalu mengingat diri,
tanpa memiliki gambaran diri yang cukup bulat, sesuai dengan yang disebut tahap
transisi, dan tanpa mempertimbangkan berbagai alternatif yang tersedia baginya,
sesuai dngan tahap eksplorasi.
2.3
Karakteristik Teori Ginzberg
Periode
|
Usia
|
Karakteristik
|
Fantasi
|
Masa kanak-kanak sebelum 11 tahun
|
- Tahap awal
murni berorientasi pada bermain.
- Menjelang
akhir tahap ini bermain menjadi orientasi kerja.
|
Tentatif
|
Awal masa remaja (usia 11 – 18
tahun)
|
-
Proses transisi yang ditandai oleh
pengenalan secara berangsur-angsur persyaratan kerja.
-
Pengenalan bakat, minat,
kemampuan, imbalan kerja, nilai dan persefektif waktu.
|
Realistik
|
Pertengahan masa remaja (usia 18
tahun sampai awal masa dewasa)
|
-
Perintegrasian tugas dan minat.
-
Kelanjutan perkembangan
nilai-nilai.
-
Spesifikasi pilihan okupasi.
-
Kristalisasi pola-pola okupasi.
|
2.4
Aplikasi dalam Bimbingan Karier
1. Fantasi
Tahap fantasi mencakup usia kira-kira <12 tahun atau bisa
dikatakan anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Pada tahap ini karir
tersebut masih sebatas angan, khayalan, imajinasi atau fantasi dari individu
tersebut. Bisa dikatakan dalam menentukan cita-citanya anak SD atau yang
berusia dibawah 12 tahun cenderung bersifat bersifat sembarangan, pilihan
tersebut tidak didasarkan pada pertimbangan yang matang mengenai kenyataan yang
ada tetapi pada kesan yang diterima terhadap cita-cita tersebut. Misalnya
seorang anak berusia 5 tahun yang ingin menjadi polisi karena kegagahannya dan
keberaniannya. Anak seperti percaya bahwa ia dapat menjadi apa saja dan ini
berdasarkan kesan yang diperolehnya mengenai lingkungan sekitar.
Pada kasus di atas seorang konselor dapat membantu anak
tersebut dengan cara memperlihatkan, menggambarkan atau menjelaskan tentang
cita-citanya tersebut melalui bahasa ataupun gambar-gambar yang mudah dipahami
anak dibawah usia 12 tahun tanpa membatasi cita-cita atau mimpi dari setiap
individu tersebut karena tak dapat dipungkiri juga karir setiap individu bisa
berawal dari mimpi-mimpi yang tidak realistik.
2. Tentatif
Pada tahap tentatif usia berkisar antara 11 samai 18 tahun,
siswa SMP dan SMA, yang didalamnya meliputi 4 tahap yaitu minat, kapasitas,
nilai dan transisi. Pada tahap ini anak mulai menimbang-nimbang misalnya
mempertimbangkan kemampuan atau kapasitasnya. Namun seringkali individu kurang
dapat memahami hal tersebut untuk itu dapat dibantu oleh konselor melalui
bimbingan karir dalam mengetahui bakat dan minat yang dimilikinya sesuai
umurnya. Pada siswa SMA di kelas X dapat
dibantu dalam memilih jurusan yang diinginkan sesuai minat, kemampuan dan nilai
yang dimilikinya.
3. Realistik
Tahap ini berkisar >19 tahun atau usia saat perkuliahan
atau bekerja. Masa ini bertahap meliputi eksplorasi, kristalisasi, dan
spesifikasi. Selama masa realistic anak melakukan eksplorasi dan dengan
menyatukan faktor internal dan eksternal, anak memasuki masa kristalisasi dimana
anak harus sudah mengambil keputusan, selanjutnya anak memasuki masa
spesifikasi yaitu mengambil keputusan yang khusus (spesifik) misalnya dibidang
pendidikan, pekerjaan guru, guru SMP, guru SD atau bidang lain missal dokter,
perawat, akuntan dan lain sebagainya.
Pada tahap ini konselor dapat membantu melalui layanan
bimbingan karir agar dapat memahami potensi, bakat serta minat yang dimiliki
untuk disesuaikan dengan pilihan karirnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Huda,
Fahmi Nuzulul. 2013. Teori Perkembangan
Ginzberg. Tersedia di alamat http://faanuzululhuda.blogspot.com/2013/03/teori-perkembangan-ginzberg.html [diakses 22/3/2014]
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Proyek
Pendidikan Tenaga Akademik (Ditjen Dikti Depdikbud)
W.S Winkel & M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Koseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
0 komentar:
Posting Komentar
silakan menjadi insan yang kritis dan berkarakter, jangan menjadi insan yang krisis