1/04/2015

Teori Ginzberg



2.1  Tokoh
Teori perkembangan karir (development career choice theory) Ginzberg merupakan hasil kerjasama suatu tim yang mempelajari tentang pengaruh perkembangan terhadap pemilihan karir. Kelompok ini terdiri dari Eli Ginzberg yang seorang ahli ekonomi, S. Ginzburg yang seorang psikiater, S. Axelrad yang seorang sosiolog, dan J. Herma yang merupakan seorang psikolog.
2.2  Konsep
Munandir (1996: 92) menjelaskan bahwa Teori Ginzberg dikembangkan pada tahun 1951 berdasarkan hasil studi melalui pengamatan dan wawancara dengan sampel yang terdiri atas jenis laki-laki, dari keluarga yang pendapatnya di atas rerata, banyak dari ayahnya adalah tenaga professional dan ibunya berpendidikan tinggi. Sampel yang digunakan masih belum bisa mewakili dari mereka yang berjenis kelamin perempuan pada umumnya dan dari kalangan yang penghasilannya rendah.
Teori Ginzberg mempunyai tiga unsur, yaitu proses (bahwa pilihan pekerjaan itu suatu proses), irreversibilitas (bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa dirubah atau dibalik), dan kompromi (bahwa pilihan pekerjaan itu kompromi antara faktor-faktor yang bermain, yaitu minat, kemampuan, dan nilai). Teori ini kemudian, pada tahun 1970, direvisi. Proses yang semula berakhir pada awal masa dewasa atau akhir masa remaja, kemudian dirumuskan bahwa tidak demikian halnya tetapi berlangsung terus. Mengenai irreversibilitas, adanya pembatasan pilihan tidak mesti berarti bahwa pilihan itu bersifat menentukan. Apa yang terjadi sebelum orang berumur dua puluh tahun mempengaruhi kariernya. Tersedianya kesempatan bisa saja menyebabkan orang berubah dalam pilihan pekerjaannya.
Konsep kompromi juga mengalami revisi sebagai hasil temuan-temuan risetnya. Konsep dasar tentang kompromi tetap, yaitu bahwa dalam pemilhan pekerjaan ada unsur kompromi. Hanya saja, hal itu bukan peristiwa sekali saja. Konsep optimisasi yang merupakan penyempurnaan teorinya berarti bahwa setiap orang berusaha mencari kecocokan paling baik antara minatnya yang terus mengalami perubahan, tujuan-tujuannya, dan keadaan yang juga terus berubah. Kompromi bersifat dinamis dan berlangsung seumur hidup .
Menurut Ginzberg, Ginzburg, Axelrad dan Herma dalam Munandir (1996: 90-91), perkembangan dalam proses pilihan pekerjaan mencakup tiga tahapan yang utama, yaitu fantasi, tentatif dan realistik.
1.       Masa Fantasi
Masa yang mencakup usia sampai kira-kira sepuluh atau dua belas tahun. Ciri utama dari masa ini adalah dalam memilih pekerjaan anak bersifat sembarangan, artinya asal pilih saja. Pilihannya tidak didasarkan pada pertimbangan yang masak mengenai kenyataan yang ada, tetapi pada kesan atau khayalan belaka. Seperti, anak yang berumur lima tahun ingin menjadi tentara karena kegagahannya atau menjadi dokter karena dokter umumnya bermobil mewah dan penghasilannya besar. Anak seperti percaya bahwa ia bisa menjadi apa saja dan ini berdasarkan kesan yang diperolehnya mengenai orang0orang yang bekerja atau keadaan lingkungan kerjanya.
2.       Masa Tentatif
Dalam masa tentatif pilihan karier orang juga mengalami perkembangan. Mula-mula pertimbangan karier itu hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan minat, sedangkan faktor-faktor lain tidak dipertimbangkan. Anak mulai menanyakan kepada diri sendiri apakah dia memiliki kemampuan (kapasitas) melakukan suatu pekerjaan, dan apakah kapasitas itu cocok dengan minatnya. Sewaktu anak bertambah besar, anak menyadari bahwa di dalam pekerjaan yang dilakukan orang ada kandungan nilai, yaitu nilai pribadi dan atau nilai kemasyarakatan bahwa kegiatan yang satu lebih mempunyai nilai dari padanya lainnya.
Dalam masa tentatif, terdapat istilah masa transisi yaitu masa peralihan sebelum orang memasuki masa realistik. Dalam masa ini anak memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya, yaitu masa orientasi minat, orientasi kapasitas dan orientasi nilai.
3.       Tahap Realistik
a.       Masa Eksplorasi
Anak mulai melakukan eksplorasi dengan memberikan penilaian atas pengalaman-pengalaman kerjanya dalam kaitan dengan tuntutan sebenarnya, sebagai syarat untuk bisa memasuki lapangan pekerjaan atau untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
b.       Tahap Kristalisasi
Dalam kegiatan-kegiatan selama tahap eksplorasi, anak mungkin mencapai keberhasilan tetapi mungkin juga kegagalan. Pengalaman-pengalaman berhasil dan gagal ini ikut membentuk pola. Inilah tahap kristalisasi, ketika anak mengambil keputusan pokok dengan mengawinkan faktor-faktor yang ada, baik dari dalam diri (internal) maupun yang dari luar diri (eksternal).
c.       Tahap Spesifikasi
Saat tahap ini anak memilih pekerjaan spesifik, maksudnya pekerjaan tertentu yang khusus. Misalnya, jika anak memilih pekerjaan bidang pendidikan, ia akan mengkhususkan pilihannya itu pada pekerjaan guru dan bukan pekerjaan lain di bidang pendidikan. Di bidang keguruan, ia akan lebih khusus memilih guru dalam bidang studi apa.
Menurut Winkel (2004: 628-629), dengan melewati rangkaian dan tahap itu orang muda secara berangsur-angsur membuat banyak pilihan, dari yang masih sementara sampai yang definitif. Mula-mula kelompok Ginzberg berpendapat bahwa sekuensi segala pilihan itu tidak dapat diulang kembali, dalam arti orang muda yang sudah sampai fase lebih tinggi tidak dapat kembali ke suatu fase di bawahnya untuk meninjau kembali pilihan yang dibuat pada fase lebih bawah itu (irreversible). Namun, pendapat itu kemudian ditinggalkan, hanyalah ditekankan bahwa pilihan-pilihan yang dibuat pada awal proses perkembangan vokasional sangat berpengaruh terhadap urutan pilihan selanjutnya, tanpa menyangkal lagi kemungkinan bahwa suatu keputusan yang diambil dahulu masih dapat ditinjau kembali. Demikian pula implikasi bahwa perkembangan jabatan seseorang berhenti sesudah dia mengambil kepastian tentang jabatannya pada tahap penentuan, pada waktu kemudian disangkal diakui pula bahwa orang dewasa malah harus membuat beberapa pilihan di antara berbagai kemungkinan untuk meningkatkan kariernya dan memperoleh kepuasan pribadi yang lebih mendalam.
Meskipun data hasil penelitian lebih lanjut terhadap validitas teori ini tidak seluruhnya mendukung pembagian atas rangkaian fase dan tahap menurut pembagian tentang umur tetentu, seperti tergambarkan oleh sekelompok Ginzberg pandangan ini mempunyain relevansi bagi pendidikan karier dan bimbingan karier. Suatu pilihan karier yang pasti merupakan puncak dari segala pilihan sisipan/intermedier yang diambil selama tahun-tahun sebelumnya. Maka konselor di sekolah menengah harus memperhatikan apakah siswa-siswi yang dilayani tidak terlalu mengingat diri, tanpa memiliki gambaran diri yang cukup bulat, sesuai dengan yang disebut tahap transisi, dan tanpa mempertimbangkan berbagai alternatif yang tersedia baginya, sesuai dngan tahap eksplorasi.
2.3  Karakteristik Teori Ginzberg
Periode
Usia
Karakteristik
Fantasi
Masa kanak-kanak sebelum 11 tahun
-     Tahap awal murni berorientasi pada bermain.
-     Menjelang akhir tahap ini bermain menjadi orientasi kerja.
Tentatif
Awal masa remaja (usia 11 – 18 tahun)
-    Proses transisi yang ditandai oleh pengenalan secara berangsur-angsur persyaratan kerja.
-    Pengenalan bakat, minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai dan persefektif waktu.
Realistik
Pertengahan masa remaja (usia 18 tahun sampai awal masa dewasa)
-    Perintegrasian tugas dan minat.
-    Kelanjutan perkembangan nilai-nilai.
-    Spesifikasi pilihan okupasi.
-    Kristalisasi pola-pola okupasi.
2.4  Aplikasi dalam Bimbingan Karier
1.      Fantasi
Tahap fantasi mencakup usia kira-kira <12 tahun atau bisa dikatakan anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Pada tahap ini karir tersebut masih sebatas angan, khayalan, imajinasi atau fantasi dari individu tersebut. Bisa dikatakan dalam menentukan cita-citanya anak SD atau yang berusia dibawah 12 tahun cenderung bersifat bersifat sembarangan, pilihan tersebut tidak didasarkan pada pertimbangan yang matang mengenai kenyataan yang ada tetapi pada kesan yang diterima terhadap cita-cita tersebut. Misalnya seorang anak berusia 5 tahun yang ingin menjadi polisi karena kegagahannya dan keberaniannya. Anak seperti percaya bahwa ia dapat menjadi apa saja dan ini berdasarkan kesan yang diperolehnya mengenai lingkungan sekitar.
Pada kasus di atas seorang konselor dapat membantu anak tersebut dengan cara memperlihatkan, menggambarkan atau menjelaskan tentang cita-citanya tersebut melalui bahasa ataupun gambar-gambar yang mudah dipahami anak dibawah usia 12 tahun tanpa membatasi cita-cita atau mimpi dari setiap individu tersebut karena tak dapat dipungkiri juga karir setiap individu bisa berawal dari mimpi-mimpi yang tidak realistik.
2.   Tentatif
Pada tahap tentatif usia berkisar antara 11 samai 18 tahun, siswa SMP dan SMA, yang didalamnya meliputi 4 tahap yaitu minat, kapasitas, nilai dan transisi. Pada tahap ini anak mulai menimbang-nimbang misalnya mempertimbangkan kemampuan atau kapasitasnya. Namun seringkali individu kurang dapat memahami hal tersebut untuk itu dapat dibantu oleh konselor melalui bimbingan karir dalam mengetahui bakat dan minat yang dimilikinya sesuai umurnya. Pada siswa SMA  di kelas X dapat dibantu dalam memilih jurusan yang diinginkan sesuai minat, kemampuan dan nilai yang dimilikinya.
3.   Realistik
Tahap ini berkisar >19 tahun atau usia saat perkuliahan atau bekerja. Masa ini bertahap meliputi eksplorasi, kristalisasi, dan spesifikasi. Selama masa realistic anak melakukan eksplorasi dan dengan menyatukan faktor internal dan eksternal, anak memasuki masa kristalisasi dimana anak harus sudah mengambil keputusan, selanjutnya anak memasuki masa spesifikasi yaitu mengambil keputusan yang khusus (spesifik) misalnya dibidang pendidikan, pekerjaan guru, guru SMP, guru SD atau bidang lain missal dokter, perawat, akuntan dan lain sebagainya.
Pada tahap ini konselor dapat membantu melalui layanan bimbingan karir agar dapat memahami potensi, bakat serta minat yang dimiliki untuk disesuaikan dengan pilihan karirnya.

DAFTAR PUSTAKA
Huda, Fahmi Nuzulul. 2013. Teori Perkembangan Ginzberg. Tersedia di alamat http://faanuzululhuda.blogspot.com/2013/03/teori-perkembangan-ginzberg.html [diakses 22/3/2014]
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik (Ditjen Dikti Depdikbud)
W.S Winkel & M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Koseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi






0 komentar:

Posting Komentar

silakan menjadi insan yang kritis dan berkarakter, jangan menjadi insan yang krisis