1/04/2015

Teori Erich Formm

A.    Erich Fromm dan Teorinya
Fromm lahir pada 23 Maret 1900 di Frankfurt, Jerman, sebagai anak tunggal dari  orang tua Yahudi Ortodoks kelas menengah. Ayahnya, Naphtali Fromm adalah putraseorang rabbi dan cucu dari dua rabbi. Ibunya, Rose Krause Fromm adalah kemenakan Ludwig Krause, seorang sarjana Talmudik terkenal.
Sebelum mengulas tentang teori kepribadian dari Fromm, beberapa pengalaman mempengaruhi pandangan Fromm, antara lain pada umur 12 tahun ia menyaksikan seorang wanita cantik dan berbakat,sahabat keluarganya, bunuh diri. Fromm sangat terguncang karena kejadian itu. Tidak ada seorang yang memahami mengapa wanita tersebut memilih bunuh diri.
Ia juga mengalami sebagai anak dari orangtua yang neurotis. Ia hidup dalam satu rumah tangga yang penuh ketegangan. Ayahnya seringkali murung, cemas, dan muram. Ibunya mudah menderita depresi hebat. Tampak bahwa Fromm tidak dikelilingi pribadi-pribadi yang sehat. Karena itu, masa kanak-kanaknya merupakan suatu laboratorium yang hidup bagi observasi terhadap tingkah laku neurotis.
Peristiwa ketiga adalah pada umur 14 tahun Fromm melihat irrasionalitas melanda tanah airnya, Jerman, tepatnya ketika pecah perang dunia pertama. Dia menyaksikan bahwa orang Jerman terperosok ke dalam suatu fanatisme sempit dan histeris dan tergila-gila. Teman-teman dan kenalan-kenalannya terpengaruh.Seorang guru yang sangat ia kagumi menjadi seorang fanatik yang haus darah. Banyak saudara dan teman-temannya yang meninggal di parit-parit perlindungan. Ia heran mengapa orang yang baik dan bijaksana tiba-tiba menjadi gila.
Dari pengalaman-pengalaman yang membingungkan ini, Fromm mengembangkan keinginan untuk memahami kodrat dan sumber tingkah laku irasional. Dia menduga hal itu adalah pengaruh dari kekuatan sosio-ekonomis, politis, dan historis secara besar-besaran yang mempengaruhi kodrat kepribadian manusia.
Dilatih dalam tradisi psikoanalisis Freudian dan dipengaruhi oleh Karl Marx, Karen Horney, dan teoritisi-teoritisi lain yang berorientasi sosial, Fromm mengembangkan sebuah teori kepribadian yang menekankan pengaruh faktor-faktor sosio-biologis, sejarah, ekonomi dan struktur kelas. Psikoanalisis humanistik miliknya mengasumsikan bahwa pemisahan kemanusiaan dari dunia alamiah sudah menghasilkan perasaan kesendirian dan keterkucilan, sebuah kondisi yang disebutnya kecemasan dasar. Keterkucilan ini menyisakan dua alternatif bagi manusia, yaitu: (1) melarikan diri dari kebebasan menuju ketergantungan antarpribadi, atau (2) bergerak menuju realisasi-diri lewat cinta dan kerja yang relatif produktif.
B.     Kondisi Eksistensi Manusia
1.      Dilema Eksistensi
Menurut Fromm, hakekat manusia bersifat dualistik yang diikuti dari konsep dualisme. Semua gerak di dunia dilatarbelakangi oleh pertentangan dua kelompok ekstrim (tesa dan antitesa). Pertentangan itu akan menimbulkan sintesa, yang pada dasarnya dapat dipandang sebagai tesa baru yang akan memunculkan antitesa yang lain. Menurutnya paling tidak ada empat dualistik di dalam diri manusia, yaitu:
a.       Manusia sebagai Binatang dan Manusia
Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisiologik yang harus dipuaskan, seperti kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan seksual. Hal tersebut merupakan alamiah dari dalam tubuhnya dan berupa naluri yang sama seperti yang dimiliki oleh binatang. Manusia sebagai manusia memiliki kebutuhan kesadaran diri, berfikir, dan berimajinasi. Kebutuhan manusia itu wujud dalam pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, kasihan, perhatian, tanggung jawab, identitas, integritas, sedih, trandensi, kebebasan, nilai dan norma serta hati nurani.
b.      Hidup dan Mati
Kesadaran diri dan fikiran manusia telah mengetahui bahwa dia akan mati, tetapi manusia berusaha mengingkarinya dengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati, dan usaha- usaha yang tidak sesuai dengan fakta bahwa kehidupan akan berakhir dengan kematian.
c.       Ketidak Sempurnaan dan Kesempurnaan
Manusia mampu mengkonsepkan realisasi-diri yang sempurna, tetapi karena hidup itu pendek kesempurnaan tidak dapat dicapai. Ada orang berusaha memecahkan dikotomi ini melalui mengisi rentang sejarah hidupnya dengan prestasi dibidang kemanusiaan, dan ada pulayang meyakini dalil kelanjutan perkembangannya sesudah mati.
d.      Kesedirian dan Kebersamaan
Manusia adalah pribadi yang mandiri, sendiri, tetapi manusia juga tidak bisa menerima kesendirian. Manusia menyadari diri sebagai individu yang terpisah, dan pada saat yang sama juga menyadari kalau kebahagiaannya tergantung kepada kebersamaan orang lain. Dilema ini tidak pernah terselesaikan, namun orang harus berusaha menjembatani dualisme ini, agar tidak menjadi gila.
Konsep dualisme yang beraspek manusia sebagia binatang dan sebagai manusia, hidup dan mati, ketidak sempurnaan dan kesempurnaan, serta kesendirian dan kebersamaan merupakan kondisi dasar eksistensi manusia. Konflik yang dibawa sejak lahir antara tesa dan antitesa eksistensi manusia disebut dilema eksistensi.
Ada dua cara mengatasi dilema tersebut yaitu: (1) dengan menerima otoritas dari luar yang dimaksudkan dengan tunduk kepada penguasa dan menyesuaikan diri dengan masyarakat. Manusia menjadi budak (dari penguasa negara) untuk memperoleh perlindungan atau rasa aman; (2) orang bersatu dengan orang lain dalam semangat cinta dan kerja sama, menciptakan ikatan dan tanggung jawab bersama dari masyarakat yang lebih baik.
 2.      Kebutuhan Manusia
Kebutuhan manusia adalah hal yang harus atau sangat ingin dipenuhi oleh manusia untuk dapat bertahan hidup atau untuk memuaskan suatu hasrat yang timbul berupa kebutuhan fisik atau psikis. Sedangkan pandangan Fromm mengenai kebutuhan manusia sebagai kebutuhan aspek kebinatangan dari manusia seperti kebutuhan makan, minum, seks, dan bebas dari rasa sakit.
Fromm membagi kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai eksistensinya sebagai manusia menjadi dua kelompok yaitu, yang pertama kebutuhan kebebasan dan keterikatan yang terdiri dari kebutuhan Relatedness, Rootedness, Transcendence, Unity, dan Identity; serta yang kedua kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas yang teridiri atas kebutuhan Frame of Orientation, Frame of devotion, Excitation- stimulation, dan Effectiveness. Berikut uraian lengkapnya:
a.       Kebutuhan Kebebasan Dan Keterikatan
1)      Keterhubungan (Relatedness)
Kebutuhan untuk bergabung dengan mahluk lain yang dicintai, keinginan irrasional untuk mempertahankan hubungannya yang kemudian diwujudkan kedalam perasaan solidaritas dengan orang lain. Hubungan paling memuaskan bisa positif yang didasarkan pada cinta, perhatian, serta tanggung jawab dan juga negatif yang didasarkan pada kepatuhan atau kekuasaan.
2)      Keberakaran (Rootedness)
Kebutuhan untuk memiliki ikatan- ikatan yang membuatnya merasa kerasan di dunia seperti merasa di rumahnya sendiri. Manusia menjadi asing di dunia karena dua alasan, yaitu direnggut dari akar-akar hubungan oleh situasi, dan juga karena fikiran dan kebebasan yang dikembangkan sendiri justru memutuskan ikatan alami dan menimbulkan perasaan isolasi/ tak berdaya.
3)      Menjadi Pencipta (Transcendence)
Karena individu menyadari dirinya sendiri dan lingkungannya, mereka mengetahui betapa kuatnya alam semesta itu sehingga akan muncul perasaan tak berdaya dan takut akan ketidakpastian menghadapi kemarahan dan ketakmenentuan semesta. Dari situ manusia membutuhkan peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat pasif dikuasai alam menjadi aktif, bertujuan dan bebas, berubah dari mahluk ciptaan menjadi pencipta.
4)      Kesatuan (Unity)
Kebutuhan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakekat binatang dan nonbinatang dalam diri seseorang.keterpisahan dan kesepian bersumber dari kemandirian dan kemerdekaan, sehingga dibutuhkan kebutuhan unitas tanpa menyakiti orang lain dan diri sendri. Jika hakekat kebinatangan dan kemanusiaan itu bisa didamaikan melaui berbagai cinta dan kerja sama maka akan menjadi manusia yang seutuhnya.
5)      Identitas (Identity)
Kebutuhan menjadi dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah. Manusia harus dapat mengontrol nasibnya sendiri membuat keputusan, dan merasa bahwa hidupnya nyata-nyata miliknya sendiri. Orang yang sehat tidak banyak membutuhkan menyesuaikan diri dengan kelompok, tidak mudah menyerah, tidak mau mengorbankan individualitasnya untuk diterima di lingkungan, dan orang sehat memiliki perasaan identitas yang otentik.
b.      Kebutuhan untuk Memahami dan Beraktifitas
1)      Kerangka Orientasi (Frame of Orientation)
Kerangka orientasi merupakan seperangkat keyakinan mengenai eksistensi hidup, perjalanan hidup- tingkah laku bagaimana yang harus dikerjakannya, yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa. Untuk menjalani hidup dan bertingkah laku yang ajeg- mempribadi di dunia yang rumit ini, seseorang membutuhkan peta mengenai dunia sosial dan dunia alaminya.
2)      Kerangka Kesetiaan (Frame of devotion)
Kerangka kesetiaan adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar dari nilai- nilai dan titik puncak dari semua perjuangan. Manusia membutuhkan tujuan hidup yang mutlak yaitu Tuhan, sehingga perlu melakukan sesuatu yang dapat menerima seluruh pengabdian hidupnya yang membuat hidup menjadi bermakna.
3)      Keterangsangan- Stimulasi (Excitation- stimulation)
Kebutuhan untuk melatih sistem saraf untuk melatih kemampuan otak. Manusia tidak hanya membutuhkan stimulus sederhana, tetapi juga stimuus yang mempu mengaktifkan jiwa.
4)      Keefektivan (Effectiveness)
Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi/ kemampuan.

3.      Mekanisme Melarikan Diri Dari Kebebasan
Pada dasarnya ada dua cara memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan. Pertama, mencapai kebebasan positif yakni berusaha menyatu dengan orang lain tanpa mengorbankan kebebasan kebebasan dan integritas pribadi. Kedua, memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulat- bulat individualitas dan integritas diri kepada sesuatu (orang atau lembaga) yang dapat memberi rasa aman.Ada tiga mekanisme pelarian yang terpenting yaitu:
a.       Otoritarianisme
Kecenderungan untuk menyerahkan diri dan menggabungkannya dengan seseorang atau sesuatu diluar dirinya untuk memperoleh kekuatan yang dirasakan tidak dimilikinya. Kebutuhan untuk bernggabung dengan partner yang memiliki kekuatan bisa berupa masokisme atau sadisme. Masokisme merupakan hasil dari perasaan dasar tidak berdaya, lemah, dan inferior yang dibawa saat menggabungkan diri dengan orang lain atau institusi yang memiliki power. Sadisme merupakan bentuk neurotik yang lebih parah dan berbahaya karena mengancam orang lain dibanding dengan masokisme. Sadisme digunakan untuk meredakan kecemasan dasar melalui penyatuan diri dengan orang lain ataupun institusi, seperti halnya dengan masokisme.
b.      Perusakan (Destructiveness)
Seperti halnya dengan otoritarianisme, destruktif berakar pada perasaan kesepian, isolasi, dan tak berdaya. Perbedaannya ialah, destruktif  mencari kekuatan tidak melalui membangun hubungan dengan pihak luar, melainkan usaha membalas/ merusak kekuatan orang lain. Individu, bahkan negara dapat memakai strategi destruktif dalam rangka memperoleh perasaan kuat yang hilang.
c.       Penyesuaian (Conformity)
Salah satu bentuk pelarian dari perasaan kesepian yang terakhir yaitu penyesuaian individualita dan menjadi apa saja seperti yang diinginkan kekuatan dari luar. Orang menjadi robot, mereaksi sesuatu persis seperti yang direncanakan dan mekanis menuruti kemauan orang lain. Konformis tidak pernah mengekspresikan opini dirinya, menyerahkan diri kepada standar tingkah laku yang diharapkan, dan sering tampildiam dan mekanis.

C.    Tipologi Sosial
1.      Karakter Sosial
Menurut Fromm karakter manusia berkembang berdasarkan kebutuhan mengganti insting kebinatangan yang hilang ketika mereka berkembang tahap demi tahap. Fromm membedakan dua karakter sosial dalam pasangan, yakni produktiveness (hidup yang berorientasi positif) dan  nonproduktiveness (hidup yang berorientasi negatif). Berikut ini pembagian dari dua karakter ini:
a.       Productive (Loving-sharing-creative-independent-reasoning)
1)      Accepting: yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, independen, aktif, berpikir positif, menerima keberadaan diri dan orang lain apa adanya. Contoh: psikoterapis ketika menerima dan merespon kliennya.
2)      Preserving: kreatif mencari dunia baru untuk ditaklukan, memanfaatkan segala sesuatu untuk terus menerus dapat memberi keuntungan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Contoh: pengusaha yang terus menerus mendirikan perusahaan baru di ranah yang berbeda.
3)      Taking: bekerja sama dengan orang lain berdasarkan tujuan bersama, kejujuran, dan sikap rasional. Contoh: wiraswasta yang mengembangkan waralaba yaitu memberi keuntungan kepada orang lain.
4)      Exchanging: kepribadian pedagang, yang memperoleh keuntungan tanpa merugikan orang lain. Memberi kepuasaan dari layanan dan dari produk yang dijual. Contoh: marketing yang mampu menyesuaikan diri sehingga bisa menjual kepada konsumen yang berbeda-beda sifat dan kebutuhannya.
5)      Biophilous: mencintai kehidupan dan sangat mempedulikan kesejahteraan orang lain, tidak mengambil jarak, selalu bersama dengan orang lain. Contoh: pekerja sosial pengasuh anak jalanan.
b.      Nonproductive (Narcistic-selfish-conforming-dependent-unreasoning)
1)      Receptive: keyakinan bahwa semua yang baik itu datang dari “atas”, orang yang depensif, pasif, tidak mampu melihat hubungan antara perbuatannya dengan hasilnya, senang “merengek-rengek”. Contoh: pegawai negri yang kurang inisiatif, terus menerus minta bantuan dan saran.
2)      Hoarding: menarik diri dari dunia eksternal, menyimpan hasil kerja untuk diri sendiri, mementingkan diri sendiri, curiga, kikir, semaunya sendiri. Contoh: mengumpulkan harta dan tidak menginvestasikan dalam ekonomi umum.
3)      Exploitative: mengambil dari orang lain dengan kekuatan atau tipu muslihat, tidak menghasilkan sesuatu dengan keringatnya sendiri tetapi memanfaatkan orang lain, suka memperkosa orang lain. Contoh: petambang yang mengambil mineral tanpa bisa memperbarui sumber alam lain.
4)      Marketing: kepribadian jual-beli, menjaga penampilan tetap menarik agar layak jual. Tidak benar-benar peduli denga orang lain, yang hanya dipandang sebagai sumber potensial yang memberi keuntungan. Contoh: aktor yang menjual penampilannya kepada penontonnya.
5)      Necrophilous: tertarik dengan kematian, kesakitan, kerusakan dan kehancuran, menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Contoh: perampok yang minum sampai mabuk sebelum melakukan kejahatan.

2.      Karakter dan Masyarakat
Fromm mencoba menjelaskan model masyarakat dengan pendekatan sejarah. Orientasi reseptif pertama-tama dikembangakan dalma masyarakat kuno dengan kekuatan feodal, tuan-buruh. Orientasi eksploitasi dikembangakan pada abad 18-19 dalam konteks mentalitas perampok dan penguasa daerah yang korup. Orientasi boarding (menimbun) dikembangkan bersama-sama dengan orientasi eksploitatif pada kelompok menengah yang rajin menabung untuk keamanan hari tua. Orientasi market adalah produk masnyarakat dewasa ini yang peluang intrepenernya dikurangi, dan orang harus mnyesuaikan diri ke dalam organisasi yang besar dan memerankan peranyang dikehendaki organisasi.
Masyrakat membentuk karakter pribadi melalui orang tua dan pendidik yang membuat anak bersedia bertingkahlaku seperti yang dikehendaki masyrakat. Misalnya pada masyarakat kapitalis, anak diajar menabung sehingga cukup modal untuk mengembangkan ekonomi. Tetapi masyarakat juga memaksa dan membuat frustasi orang dengan tuntutan untuk bertingkahlaku yang bertentangan dengan hakekat manusia.
D.    Aplikasi
1.      Sosialisme Komunitarian Humanistik
Fromm mempunyai empat preposisi mengenai hubungan seseorang denga masyarakat, yaitu:
a.       Manusia mempunyai kodrat esensial sosial bawaan,
b.      Masyarakat diciptakan manusia untuk memenuhi kodrat esensial bawaan ini,
c.       Tidak satupun bentuk masyarakat yang pernah diciptakan manusia berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia,
d.      Adalah mungkin menciptakan masyarakat seperti ini.
Masyarakat yang disarankan Fromm adalah humanictic communitarian socialism, masyarakat dimana orang-orang bergaul dengan cinta, yang berakar dalam hubungan persaudaraan dan solidaritas. Di dalamnya orang mencapai perasaan diri dan mampu berbuat kreatif alih-alih destruktif. Setiap orang berpartisipasi aktif dalam pemerintahan. Ada “humanistic management” dimana individu anggota masyarakat berkumpul dalam kelompok kecil membahas isu politik dan sosial dan menyarankan kebijakan kepada pemerintah. Ide ini mungkin bagus tetapi banyak yang tidak dapat dilaksanakan.
2.      Karakter Masyrakat
Pada tahun 1957, Fromm melakukan penelitian mengenai karakter masyarakat di sebuah desa di Meksiko dan menghasilkan dua kesimpulan, yaitu:
a.       Masyarakat memiliki tiga jenis karakter, yaitu:
1)      Productive-boarding: pemilik tanah yang memegangi nilai tradisional dalam praktek pengerjaan pertanian skala kecil-kekuasaan, tanggungjawab dan mempertahankan tradisi.
2)      Nonproduvtive-receptive: petani tak punya tanah yang tunduk kepada kekuasaan, taat beragama bahkan sampai fatalistik, menerima nasibnyya yan tidak berkekuatan.
3)      Productive-exploitative: enterprener yang menyesuaikan diri dengan masyarakat industri baru, niali pendidikan, teknologi dan mobilitas sosial.
b.      Karakter pribadi dan karakter sosial berhubungan timbal balik. Karakter pribadi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh struktur sosial dan perubahan-perubahan sosial.

3.      Psikoterapi: psikoanalisis humanistik
Sistem terapi ini lebih peduli dengan aspek interpersonal dari hubungan teraputik. Menurutnya, tujuan klien dalam terapi adalah untuk memahami diri sendiri. Tanpa pengetahuan tentang diri sendiri maka tidak akan tahu tentang orang lain. Klien mengikuti terapi untuk mencari kepuasan dari kebutuhan dasar kemanusiaannya. Maka terapi harus dibangun melalui hubungan pribadi antara terapis dengan kliennya. Komuniikasi yang tepat sangat penting dalam perkembangan terapeutik, dan terapis harus menghubungkan dirinya sebagai manusia kepada manusia lain dengan penuh konsentrasi dan kasih sayang. Perasaan keterlibatan yang murni akan mengembalikan perasaan klien sebagai manusia yang independen.
Menurut Fromm, terapis tidak seharusnya terlalu ilmiah dalam memahami kliennya. Hanya dengan sikap keterhubungan orang lain dapat benar-benar dimengerti. Klien hendaknya tidak dilihat sebagai orang sakit, tapi diterima sebagai manusia dengan kebutuhan-kebutuhannya yang tidak berbeda dengan kebutuhan terapis.
E.     Evaluasi
Pendekatan fromm pada kepribadian mempunyai perspektif dan proposisi yang luas. Dia bukan semata-mata psokolanalis, tetapi juga menyerap informasi dari disiplin lain seperti sejarah, sosiologi, dan antropologi. Fromm menunjukkan pada khalayak ilmih interpretasinya yang unik tentang interaksi antara humanitas dengan masyarakat, semakin menyadarkan saling pengaruh antara faktor-faktor sosial, ekonomi, dan psikologi dalam hakekat kemanusiaan. Bagi Fromm psikologi bukan saja ilmu yang aplikatif pada semua ranah kemanusiaan, tetapi sebagai ilmu psikologi juga memasukkan semua pikiran yang berkenaan dengan kemanusiaan.
Berangkat dari pemikiran filsafat, kritik yang segera muncul adalah mengenai metodologi pengembangan teorinya. Cakupan ranah bahasan yang luas membuat struktur teorinya tidak konsisten. Hampir tidak ada data pendukung ketika teori itu diformulasi. Data penelitian Meksiko muncul sesudah teori dikembangkan, bukan sebelumnya. Teori Fromm yang dikembangkan memakai filsafat dualistik akhirnya disikapi secara dualistik. Di satu sisi teori itu sangat menarik. Selama 30 tahun terakhir dalam literatur psikologi, hanya ada enam penelitian yang dimaksudkan menguji asumsi-asumsi pada teori Fromm.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Feist, J dan Feist, G. 2008. Theories of Personality. Edisi ke enam. Penerjemah Yudi Santono. Jakarta: Pustaka Jaya
http://kangsumar.blog.com/2012/05/26/teori-kepribadian-erich-fromm/


0 komentar:

Posting Komentar

silakan menjadi insan yang kritis dan berkarakter, jangan menjadi insan yang krisis