A. Erich
Fromm dan Teorinya
Fromm
lahir pada 23 Maret 1900 di Frankfurt, Jerman, sebagai anak tunggal dari orang tua Yahudi Ortodoks kelas menengah.
Ayahnya, Naphtali Fromm adalah putraseorang rabbi dan cucu dari dua rabbi.
Ibunya, Rose Krause Fromm adalah kemenakan Ludwig Krause, seorang sarjana
Talmudik terkenal.
Sebelum mengulas
tentang teori kepribadian dari Fromm, beberapa pengalaman mempengaruhi
pandangan Fromm, antara lain pada umur 12 tahun ia menyaksikan seorang wanita
cantik dan berbakat,sahabat keluarganya, bunuh diri. Fromm
sangat terguncang karena kejadian itu. Tidak ada seorang yang memahami mengapa
wanita tersebut memilih bunuh diri.
Ia juga
mengalami sebagai anak dari orangtua yang neurotis. Ia hidup dalam satu rumah
tangga yang penuh ketegangan. Ayahnya seringkali murung, cemas, dan muram.
Ibunya mudah menderita depresi hebat. Tampak bahwa Fromm tidak dikelilingi
pribadi-pribadi yang sehat. Karena itu, masa kanak-kanaknya merupakan suatu
laboratorium yang hidup bagi observasi terhadap tingkah laku neurotis.
Peristiwa ketiga
adalah pada umur 14 tahun Fromm melihat irrasionalitas melanda tanah airnya,
Jerman, tepatnya ketika pecah perang dunia pertama. Dia menyaksikan bahwa orang
Jerman terperosok ke dalam suatu fanatisme sempit dan histeris dan tergila-gila.
Teman-teman dan kenalan-kenalannya terpengaruh.Seorang guru yang sangat ia
kagumi menjadi seorang fanatik yang haus darah. Banyak saudara dan
teman-temannya yang meninggal di parit-parit perlindungan. Ia heran mengapa
orang yang baik dan bijaksana tiba-tiba menjadi gila.
Dari
pengalaman-pengalaman yang membingungkan ini, Fromm mengembangkan keinginan
untuk memahami kodrat dan sumber tingkah laku irasional. Dia menduga hal itu
adalah pengaruh dari kekuatan sosio-ekonomis, politis, dan historis secara
besar-besaran yang mempengaruhi kodrat kepribadian manusia.
Dilatih dalam tradisi
psikoanalisis Freudian dan dipengaruhi oleh Karl Marx, Karen Horney, dan
teoritisi-teoritisi lain yang berorientasi sosial, Fromm mengembangkan sebuah
teori kepribadian yang menekankan pengaruh faktor-faktor sosio-biologis,
sejarah, ekonomi dan struktur kelas. Psikoanalisis humanistik miliknya
mengasumsikan bahwa pemisahan kemanusiaan dari dunia alamiah sudah menghasilkan perasaan kesendirian dan
keterkucilan, sebuah kondisi yang disebutnya kecemasan dasar. Keterkucilan ini
menyisakan dua alternatif bagi manusia, yaitu: (1) melarikan diri dari
kebebasan menuju ketergantungan antarpribadi, atau (2) bergerak menuju
realisasi-diri lewat cinta dan kerja yang relatif produktif.
B.
Kondisi Eksistensi Manusia
1.
Dilema Eksistensi
Menurut
Fromm, hakekat manusia bersifat dualistik yang diikuti dari konsep dualisme.
Semua gerak di dunia dilatarbelakangi oleh pertentangan dua kelompok ekstrim
(tesa dan antitesa). Pertentangan itu akan menimbulkan sintesa, yang pada
dasarnya dapat dipandang sebagai tesa baru yang akan memunculkan antitesa yang
lain. Menurutnya paling tidak ada empat dualistik di dalam diri manusia, yaitu:
a.
Manusia sebagai Binatang dan
Manusia
Manusia sebagai binatang memiliki
banyak kebutuhan fisiologik yang harus dipuaskan, seperti kebutuhan makan,
minum, dan kebutuhan seksual. Hal tersebut merupakan alamiah dari dalam
tubuhnya dan berupa naluri yang sama seperti yang dimiliki oleh binatang.
Manusia sebagai manusia memiliki kebutuhan kesadaran diri, berfikir, dan
berimajinasi. Kebutuhan manusia itu wujud dalam pengalaman khas manusia
meliputi perasaan lemah lembut, cinta, kasihan, perhatian, tanggung jawab,
identitas, integritas, sedih, trandensi, kebebasan, nilai dan norma serta hati
nurani.
b.
Hidup dan Mati
Kesadaran diri dan fikiran manusia
telah mengetahui bahwa dia akan mati, tetapi manusia berusaha mengingkarinya
dengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati, dan usaha- usaha yang tidak
sesuai dengan fakta bahwa kehidupan akan berakhir dengan kematian.
c.
Ketidak Sempurnaan dan
Kesempurnaan
Manusia mampu mengkonsepkan
realisasi-diri yang sempurna, tetapi karena hidup itu pendek kesempurnaan tidak
dapat dicapai. Ada orang berusaha memecahkan dikotomi ini melalui mengisi rentang
sejarah hidupnya dengan prestasi dibidang kemanusiaan, dan ada pulayang
meyakini dalil kelanjutan perkembangannya sesudah mati.
d.
Kesedirian dan Kebersamaan
Manusia adalah pribadi yang
mandiri, sendiri, tetapi manusia juga tidak bisa menerima kesendirian. Manusia
menyadari diri sebagai individu yang terpisah, dan pada saat yang sama juga
menyadari kalau kebahagiaannya tergantung kepada kebersamaan orang lain. Dilema
ini tidak pernah terselesaikan, namun orang harus berusaha menjembatani
dualisme ini, agar tidak menjadi gila.
Konsep
dualisme yang beraspek manusia sebagia binatang dan sebagai manusia, hidup dan
mati, ketidak sempurnaan dan kesempurnaan, serta kesendirian dan kebersamaan
merupakan kondisi dasar eksistensi manusia. Konflik yang dibawa sejak lahir
antara tesa dan antitesa eksistensi manusia disebut dilema eksistensi.
Ada
dua cara mengatasi dilema tersebut yaitu: (1) dengan menerima otoritas dari
luar yang dimaksudkan dengan tunduk kepada penguasa dan menyesuaikan diri
dengan masyarakat. Manusia menjadi budak (dari penguasa negara) untuk
memperoleh perlindungan atau rasa aman; (2) orang bersatu dengan orang lain
dalam semangat cinta dan kerja sama, menciptakan ikatan dan tanggung jawab
bersama dari masyarakat yang lebih baik.
2.
Kebutuhan Manusia
Kebutuhan
manusia adalah hal yang harus atau sangat ingin dipenuhi oleh manusia untuk
dapat bertahan hidup atau untuk memuaskan suatu hasrat yang timbul berupa
kebutuhan fisik atau psikis. Sedangkan pandangan Fromm mengenai kebutuhan
manusia sebagai kebutuhan aspek kebinatangan dari manusia seperti kebutuhan
makan, minum, seks, dan bebas dari rasa sakit.
Fromm
membagi kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai eksistensinya sebagai
manusia menjadi dua kelompok yaitu, yang pertama kebutuhan kebebasan dan keterikatan
yang terdiri dari kebutuhan Relatedness, Rootedness, Transcendence, Unity, dan
Identity; serta yang kedua kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas yang
teridiri atas kebutuhan Frame of Orientation, Frame of devotion, Excitation-
stimulation, dan Effectiveness. Berikut uraian lengkapnya:
a.
Kebutuhan Kebebasan Dan
Keterikatan
1)
Keterhubungan (Relatedness)
Kebutuhan
untuk bergabung dengan mahluk lain yang dicintai, keinginan irrasional untuk
mempertahankan hubungannya yang kemudian diwujudkan kedalam perasaan
solidaritas dengan orang lain. Hubungan paling memuaskan bisa positif yang
didasarkan pada cinta, perhatian, serta tanggung jawab dan juga negatif yang
didasarkan pada kepatuhan atau kekuasaan.
2)
Keberakaran (Rootedness)
Kebutuhan
untuk memiliki ikatan- ikatan yang membuatnya merasa kerasan di dunia seperti
merasa di rumahnya sendiri. Manusia menjadi asing di dunia karena dua alasan,
yaitu direnggut dari akar-akar hubungan oleh situasi, dan juga karena fikiran
dan kebebasan yang dikembangkan sendiri justru memutuskan ikatan alami dan
menimbulkan perasaan isolasi/ tak berdaya.
3)
Menjadi Pencipta
(Transcendence)
Karena
individu menyadari dirinya sendiri dan lingkungannya, mereka mengetahui betapa
kuatnya alam semesta itu sehingga akan muncul perasaan tak berdaya dan takut
akan ketidakpastian menghadapi kemarahan dan ketakmenentuan semesta. Dari situ
manusia membutuhkan peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat pasif
dikuasai alam menjadi aktif, bertujuan dan bebas, berubah dari mahluk ciptaan
menjadi pencipta.
4)
Kesatuan (Unity)
Kebutuhan
untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakekat binatang dan nonbinatang
dalam diri seseorang.keterpisahan dan kesepian bersumber dari kemandirian dan
kemerdekaan, sehingga dibutuhkan kebutuhan unitas tanpa menyakiti orang lain
dan diri sendri. Jika hakekat kebinatangan dan kemanusiaan itu bisa didamaikan
melaui berbagai cinta dan kerja sama maka akan menjadi manusia yang seutuhnya.
5)
Identitas (Identity)
Kebutuhan
menjadi dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah. Manusia harus dapat
mengontrol nasibnya sendiri membuat keputusan, dan merasa bahwa hidupnya nyata-nyata
miliknya sendiri. Orang yang sehat tidak banyak membutuhkan menyesuaikan diri
dengan kelompok, tidak mudah menyerah, tidak mau mengorbankan individualitasnya
untuk diterima di lingkungan, dan orang sehat memiliki perasaan identitas yang
otentik.
b.
Kebutuhan untuk Memahami dan
Beraktifitas
1)
Kerangka Orientasi (Frame of
Orientation)
Kerangka
orientasi merupakan seperangkat keyakinan mengenai eksistensi hidup, perjalanan
hidup- tingkah laku bagaimana yang harus dikerjakannya, yang mutlak dibutuhkan
untuk memperoleh kesehatan jiwa. Untuk menjalani hidup dan bertingkah laku yang
ajeg- mempribadi di dunia yang rumit ini, seseorang membutuhkan peta mengenai dunia
sosial dan dunia alaminya.
2)
Kerangka Kesetiaan (Frame of
devotion)
Kerangka
kesetiaan adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar
dari nilai- nilai dan titik puncak dari semua perjuangan. Manusia membutuhkan
tujuan hidup yang mutlak yaitu Tuhan, sehingga perlu melakukan sesuatu yang
dapat menerima seluruh pengabdian hidupnya yang membuat hidup menjadi bermakna.
3)
Keterangsangan- Stimulasi
(Excitation- stimulation)
Kebutuhan
untuk melatih sistem saraf untuk melatih kemampuan otak. Manusia tidak hanya
membutuhkan stimulus sederhana, tetapi juga stimuus yang mempu mengaktifkan
jiwa.
4)
Keefektivan (Effectiveness)
Kebutuhan
untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak mampu dan melatih
kompetensi/ kemampuan.
3.
Mekanisme Melarikan Diri Dari Kebebasan
Pada
dasarnya ada dua cara memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan.
Pertama, mencapai kebebasan positif yakni berusaha menyatu dengan orang lain
tanpa mengorbankan kebebasan kebebasan dan integritas pribadi. Kedua,
memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulat- bulat
individualitas dan integritas diri kepada sesuatu (orang atau lembaga) yang
dapat memberi rasa aman.Ada tiga mekanisme pelarian yang terpenting yaitu:
a.
Otoritarianisme
Kecenderungan
untuk menyerahkan diri dan menggabungkannya dengan seseorang atau sesuatu
diluar dirinya untuk memperoleh kekuatan yang dirasakan tidak dimilikinya.
Kebutuhan untuk bernggabung dengan partner yang memiliki kekuatan bisa berupa
masokisme atau sadisme. Masokisme
merupakan hasil dari perasaan dasar tidak berdaya, lemah, dan inferior yang
dibawa saat menggabungkan diri dengan orang lain atau institusi yang memiliki
power. Sadisme merupakan bentuk
neurotik yang lebih parah dan berbahaya karena mengancam orang lain dibanding
dengan masokisme. Sadisme digunakan untuk meredakan kecemasan dasar melalui
penyatuan diri dengan orang lain ataupun institusi, seperti halnya dengan
masokisme.
b.
Perusakan (Destructiveness)
Seperti
halnya dengan otoritarianisme, destruktif berakar pada perasaan kesepian,
isolasi, dan tak berdaya. Perbedaannya ialah, destruktif mencari kekuatan tidak melalui membangun
hubungan dengan pihak luar, melainkan usaha membalas/ merusak kekuatan orang
lain. Individu, bahkan negara dapat memakai strategi destruktif dalam rangka
memperoleh perasaan kuat yang hilang.
c.
Penyesuaian (Conformity)
Salah
satu bentuk pelarian dari perasaan kesepian yang terakhir yaitu penyesuaian
individualita dan menjadi apa saja seperti yang diinginkan kekuatan dari luar.
Orang menjadi robot, mereaksi sesuatu persis seperti yang direncanakan dan
mekanis menuruti kemauan orang lain. Konformis tidak pernah mengekspresikan
opini dirinya, menyerahkan diri kepada standar tingkah laku yang diharapkan,
dan sering tampildiam dan mekanis.
C.
Tipologi Sosial
1.
Karakter Sosial
Menurut
Fromm karakter manusia berkembang berdasarkan kebutuhan mengganti insting
kebinatangan yang hilang ketika mereka berkembang tahap demi tahap. Fromm
membedakan dua karakter sosial dalam pasangan, yakni produktiveness (hidup yang berorientasi positif) dan nonproduktiveness (hidup yang berorientasi
negatif). Berikut ini pembagian dari dua karakter ini:
a.
Productive
(Loving-sharing-creative-independent-reasoning)
1)
Accepting: yakin
dengan kemampuan dirinya sendiri, independen, aktif, berpikir positif, menerima
keberadaan diri dan orang lain apa adanya. Contoh: psikoterapis ketika menerima
dan merespon kliennya.
2)
Preserving:
kreatif mencari dunia baru untuk ditaklukan, memanfaatkan segala sesuatu untuk
terus menerus dapat memberi keuntungan bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Contoh: pengusaha yang terus menerus mendirikan perusahaan baru di ranah yang
berbeda.
3)
Taking: bekerja
sama dengan orang lain berdasarkan tujuan bersama, kejujuran, dan sikap
rasional. Contoh: wiraswasta yang mengembangkan waralaba yaitu memberi
keuntungan kepada orang lain.
4)
Exchanging:
kepribadian pedagang, yang memperoleh keuntungan tanpa merugikan orang lain.
Memberi kepuasaan dari layanan dan dari produk yang dijual. Contoh: marketing
yang mampu menyesuaikan diri sehingga bisa menjual kepada konsumen yang
berbeda-beda sifat dan kebutuhannya.
5)
Biophilous:
mencintai kehidupan dan sangat mempedulikan kesejahteraan orang lain, tidak
mengambil jarak, selalu bersama dengan orang lain. Contoh: pekerja sosial
pengasuh anak jalanan.
b.
Nonproductive
(Narcistic-selfish-conforming-dependent-unreasoning)
1)
Receptive:
keyakinan bahwa semua yang baik itu datang dari “atas”, orang yang depensif,
pasif, tidak mampu melihat hubungan antara perbuatannya dengan hasilnya, senang
“merengek-rengek”. Contoh: pegawai negri yang kurang inisiatif, terus menerus
minta bantuan dan saran.
2)
Hoarding:
menarik diri dari dunia eksternal, menyimpan hasil kerja untuk diri sendiri,
mementingkan diri sendiri, curiga, kikir, semaunya sendiri. Contoh: mengumpulkan
harta dan tidak menginvestasikan dalam ekonomi umum.
3)
Exploitative:
mengambil dari orang lain dengan kekuatan atau tipu muslihat, tidak
menghasilkan sesuatu dengan keringatnya sendiri tetapi memanfaatkan orang lain,
suka memperkosa orang lain. Contoh: petambang yang mengambil mineral tanpa bisa
memperbarui sumber alam lain.
4)
Marketing:
kepribadian jual-beli, menjaga penampilan tetap menarik agar layak jual. Tidak
benar-benar peduli denga orang lain, yang hanya dipandang sebagai sumber
potensial yang memberi keuntungan. Contoh: aktor yang menjual penampilannya
kepada penontonnya.
5)
Necrophilous:
tertarik dengan kematian, kesakitan, kerusakan dan kehancuran, menyelesaikan
masalah dengan kekerasan. Contoh: perampok yang minum sampai mabuk sebelum
melakukan kejahatan.
2.
Karakter dan Masyarakat
Fromm
mencoba menjelaskan model masyarakat dengan pendekatan sejarah. Orientasi
reseptif pertama-tama dikembangakan dalma masyarakat kuno dengan kekuatan
feodal, tuan-buruh. Orientasi eksploitasi dikembangakan pada abad 18-19 dalam
konteks mentalitas perampok dan penguasa daerah yang korup. Orientasi boarding (menimbun) dikembangkan
bersama-sama dengan orientasi eksploitatif pada kelompok menengah yang rajin
menabung untuk keamanan hari tua. Orientasi market adalah produk masnyarakat
dewasa ini yang peluang intrepenernya dikurangi, dan orang harus mnyesuaikan
diri ke dalam organisasi yang besar dan memerankan peranyang dikehendaki
organisasi.
Masyrakat membentuk
karakter pribadi melalui orang tua dan pendidik yang membuat anak bersedia
bertingkahlaku seperti yang dikehendaki masyrakat. Misalnya pada masyarakat
kapitalis, anak diajar menabung sehingga cukup modal untuk mengembangkan
ekonomi. Tetapi masyarakat juga memaksa dan membuat frustasi orang dengan
tuntutan untuk bertingkahlaku yang bertentangan dengan hakekat manusia.
D.
Aplikasi
1.
Sosialisme Komunitarian Humanistik
Fromm
mempunyai empat preposisi mengenai hubungan seseorang denga masyarakat, yaitu:
a.
Manusia
mempunyai kodrat esensial sosial bawaan,
b.
Masyarakat
diciptakan manusia untuk memenuhi kodrat esensial bawaan ini,
c.
Tidak satupun
bentuk masyarakat yang pernah diciptakan manusia berhasil memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia,
d.
Adalah mungkin
menciptakan masyarakat seperti ini.
Masyarakat yang
disarankan Fromm adalah humanictic
communitarian socialism, masyarakat dimana orang-orang bergaul dengan
cinta, yang berakar dalam hubungan persaudaraan dan solidaritas. Di dalamnya
orang mencapai perasaan diri dan mampu berbuat kreatif alih-alih destruktif.
Setiap orang berpartisipasi aktif dalam pemerintahan. Ada “humanistic management” dimana individu anggota masyarakat
berkumpul dalam kelompok kecil membahas isu politik dan sosial dan menyarankan
kebijakan kepada pemerintah. Ide ini mungkin bagus tetapi banyak yang tidak
dapat dilaksanakan.
2.
Karakter Masyrakat
Pada
tahun 1957, Fromm melakukan penelitian mengenai karakter masyarakat di sebuah
desa di Meksiko dan menghasilkan dua kesimpulan, yaitu:
a.
Masyarakat
memiliki tiga jenis karakter, yaitu:
1)
Productive-boarding: pemilik tanah yang memegangi nilai tradisional
dalam praktek pengerjaan pertanian skala kecil-kekuasaan, tanggungjawab dan
mempertahankan tradisi.
2)
Nonproduvtive-receptive: petani tak punya tanah yang tunduk kepada
kekuasaan, taat beragama bahkan sampai fatalistik, menerima nasibnyya yan tidak
berkekuatan.
3)
Productive-exploitative: enterprener yang menyesuaikan diri dengan
masyarakat industri baru, niali pendidikan, teknologi dan mobilitas sosial.
b.
Karakter pribadi
dan karakter sosial berhubungan timbal balik. Karakter pribadi mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh struktur sosial dan perubahan-perubahan sosial.
3.
Psikoterapi: psikoanalisis humanistik
Sistem
terapi ini lebih peduli dengan aspek interpersonal dari hubungan teraputik.
Menurutnya, tujuan klien dalam terapi adalah untuk memahami diri sendiri. Tanpa
pengetahuan tentang diri sendiri maka tidak akan tahu tentang orang lain. Klien
mengikuti terapi untuk mencari kepuasan dari kebutuhan dasar kemanusiaannya.
Maka terapi harus dibangun melalui hubungan pribadi antara terapis dengan
kliennya. Komuniikasi yang tepat sangat penting dalam perkembangan terapeutik,
dan terapis harus menghubungkan dirinya sebagai
manusia kepada manusia lain dengan penuh konsentrasi dan kasih sayang. Perasaan
keterlibatan yang murni akan mengembalikan perasaan klien sebagai manusia yang
independen.
Menurut Fromm, terapis
tidak seharusnya terlalu ilmiah dalam memahami kliennya. Hanya dengan sikap
keterhubungan orang lain dapat benar-benar dimengerti. Klien hendaknya tidak
dilihat sebagai orang sakit, tapi diterima sebagai manusia dengan
kebutuhan-kebutuhannya yang tidak berbeda dengan kebutuhan terapis.
E.
Evaluasi
Pendekatan
fromm pada kepribadian mempunyai perspektif dan proposisi yang luas. Dia bukan
semata-mata psokolanalis, tetapi juga menyerap informasi dari disiplin lain
seperti sejarah, sosiologi, dan antropologi. Fromm menunjukkan pada khalayak
ilmih interpretasinya yang unik tentang interaksi antara humanitas dengan
masyarakat, semakin menyadarkan saling pengaruh antara faktor-faktor sosial,
ekonomi, dan psikologi dalam hakekat kemanusiaan. Bagi Fromm psikologi bukan
saja ilmu yang aplikatif pada semua ranah kemanusiaan, tetapi sebagai ilmu
psikologi juga memasukkan semua pikiran yang berkenaan dengan kemanusiaan.
Berangkat
dari pemikiran filsafat, kritik yang segera muncul adalah mengenai metodologi
pengembangan teorinya. Cakupan ranah bahasan yang luas membuat struktur
teorinya tidak konsisten. Hampir tidak ada data pendukung ketika teori itu
diformulasi. Data penelitian Meksiko muncul sesudah teori dikembangkan, bukan
sebelumnya. Teori Fromm yang dikembangkan memakai filsafat dualistik akhirnya
disikapi secara dualistik. Di satu sisi teori itu sangat menarik. Selama 30
tahun terakhir dalam literatur psikologi, hanya ada enam penelitian yang
dimaksudkan menguji asumsi-asumsi pada teori Fromm.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwisol.
2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Feist, J dan Feist, G. 2008. Theories
of Personality. Edisi ke enam. Penerjemah Yudi Santono. Jakarta: Pustaka
Jaya
http://kangsumar.blog.com/2012/05/26/teori-kepribadian-erich-fromm/
0 komentar:
Posting Komentar
silakan menjadi insan yang kritis dan berkarakter, jangan menjadi insan yang krisis